Pesan Pope Francis,Sempena Hari Komunikasi Sedunia ke-49


Selaras dengan pesanan Pope Francis berkenaan dengan Hari Komunikasi Sedunia, Keuskupan Agung Kota Kinabalu juga ingin merayakan perayaan yang julung-julung kali diadakan ini, serentak di seluruh dunia pada 
17 Mei 2015. 

Berikut adalah text penuh pesanan Pope Francis :-

Mengkomunikasikan Keluarga: Tempat Istimewa Perjumpaan Karunia Kasih
BY RD. KAMILUS PANTUS ON APRIL 11, 2015KWIORBI
Pesan Paus Fransiskus
Untuk Hari Komunikasi Sedunia ke-49

KELUARGA adalah sebuah pokok refleksi mendalam Gereja dan sebuah proses yang melibatkan dua Sinode: Sinode luar biasa baru-baru ini dan Sinode biasa yang dijadwalkan pada Oktober mendatang. Maka, hemat saya, tepatlah bila tema untuk Hari Komunikasi Sedunia yang ke-49 semestinya menjadikan keluarga sebagai titik acuannya.

Bagaimanapun juga, dalam konteks keluarga itulah kita pertama-tama belajar bagaimana berkomunikasi. Memusatkan perhatian pada konteks ini dapat membantu menjadikan komunikasi kita lebih autentik dan manusiawi, seraya pada saat yang sama membantu kita melihat keluarga dalam perspektif baru.

Kita dapat menimba ilham dari perikop Injil yang mengisahkan kunjungan Maria kepada Elisabet (Luk 1:39-56). ”Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu’” (ay. 41-42).

Kisah perikop itu sekali lagi memperlihatkan bagaimana komunikasi itu pada dasarnya juga melibatkan bahasa tubuh. Respon Elisabet atas salam Maria pertama-tama diekspresikan oleh bayi di dalam kandungannya yang melonjak kegirangan. Merasakan sukacita karena berjumpa sesama –suatu pengalaman personal yang kita alami, bahkan sebelum lahir pun- dalam arti tertentu merupakan wujud asali dan simbol dari semua bentuk komunikasi.

Rahim adalah “sekolah” komunikasi yang pertama, tempat mendengarkan dan kontak fisik di mana kita mulai mengakrabkan diri dengan dunia luar dalam sebuah lingkungan yang terlindung, dengan suara yang menenteramkan dari detak jantung sang ibu. Pertemuan di antara dua orang, yang saling terkait begitu erat namun tetap berbeda satu sama lain, sebuah pertemuan yang sarat janji, adalah pengalaman komunikasi kita yang pertama. Ini adalah pengalaman yang kita semua miliki, karena masing-masing kita terlahir dari seorang ibu.

Bahkan setelah kita terlahir ke dunia, dalam arti tertentu kita masih tetap berada dalam sebuah “rahim”, yakni keluarga. Sebuah rahim terdiri dari berbagai orang yang saling terkait: keluarga adalah tempat “di mana kita, meskipun berbeda, belajar hidup bersama orang lain” (Evangelii Gaudium, 66). Betapapun ada perbedaan jenis kelamin dan usia di antara mereka, namun para anggota keluarga menerima satu sama lain karena ada ikatan di antara mereka. Semakin lebar cakupan relasi ini dan semakin besar perbedaan usia, maka akan semakin kaya lingkungan hidup kita. Ikatan inilah yang merupakan akar bahasa, yang pada gilirannya memperkuat ikatan tersebut. Kita tidak menciptakan bahasa kita; kita dapat menggunakan bahasa karena kita telah mewarisinya. Di dalam keluarga inilah kita belajar menuturkan “bahasa ibu”, yaitu bahasa dari mereka yang telah mendahului kita. (Bdk. 2 Makabe 7:25, 27). Di dalam keluarga kita menyadari bahwa ada orang-orang lain yang telah mendahului kita, mereka memungkinkan kita untuk berada dan pada gilirannya kita mesti menghasilkan kehidupan dan melakukan sesuatu yang baik lagi indah. Kita mampu memberi karena kita telah menerima. Lingkaran luhur ini merupakan intipati kemampuan keluarga untuk berkomunikasi di antara para anggotanya dan dengan orang-orang lain. Secara umum, lingkaran tersebut adalah model untuk semua komunikasi.

Pengalaman tentang relasi yang “mendahului” kita memungkinkan keluarga untuk menjadi latar di mana bentuk komunikasi yang paling dasar, yaitu doa, diwariskan. Ketika para orangtua menidurkan anak-anak mereka yang baru lahir, mereka sering kali mempercayakan anak-anak itu kepada Tuhan, seraya memohon agar Ia menjaga mereka. Ketika anak-anak itu bertambah usia, para orangtua membantu mereka untuk mendaraskan beberapa doa sederhana, seraya mengenang kasih sayang orang-orang lain, seperti kakek-nenek, para kerabat, orang-orang sakit dan menderita, dan semua orang yang membutuhkan pertolongan Tuhan. Di dalam keluarga itulah sebagian besar kita mempelajari dimensi rohani komunikasi, yang di dalam Kekristenan diresapi dengan kasih, yaitu kasih yang Allah anugerahkan kepada kita dan yang kemudian kita bagikan kepada orang-orang lain.

Di dalam keluarga itulah kita belajar bagaimana masing-masing bisa saling berbagi dan mendukung, belajar mampu mengartikan secara tepat ekspresi wajah orang dan membaca isi hatinya sekalipun diam tak berkata-kata; kita tertawa dan menangis bersama pribadi-pribadi yang tidak saling memilih tetapi begitu berarti satu sama lain. Realitas ini tentu saja sangat membantu kita untuk memahami makna komunikasi sebagai kedekatan pertalian batin yang saling meneguhkan dan mempertautkan.

Manakala kita mengurangi jarak dengan bertumbuh lebih dekat dan saling menerima, maka kita mengalami rasa syukur dan sukacita. Salam Maria dan lonjakan sukacita anaknya merupakan sebuah berkat bagi Elisabet; disusul madah indah Magnificat, di mana Maria memuji rencana kasih Allah bagi dirinya dan bagi kaumnya. Sebuah “ya” yang diujarkan dengan iman dapat memiliki dampak yang melampaui diri kita dan tempat kita di dunia ini.

”Mengunjungi” berarti membuka pintu, tidak tinggal tertutup di dunia kecil kita, melainkan pergi mendatangi orang-orang lain. Demikian pula keluarga menjadi hidup lantaran ia melampaui dirinya. Keluarga-keluarga yang melakukan hal demikian mengkomunikasikan pesan mereka tentang hidup dan persekutuan, seraya memberikan penghiburan dan pengharapan kepada keluarga-keluarga yang lebih rapuh, dan dengan demikian membangun Gereja itu sendiri, yang merupakan keluarga semua keluarga.
Lebih daripada apa pun juga, keluarga adalah tempat di mana kita setiap hari mengalami aneka keterbatasan kita sendiri dan keterbatasan orang-orang lain, pelbagai masalah besar dan kecil yang termaktub dalam kehidupan yang damai dengan orang-orang lain. Sebuah keluarga yang sempurna tidak ada. Kita tidak perlu takut akan cacat cela, kelemahan atau bahkan konflik, tetapi sebaliknya belajar untuk mengatasi semuanya secara konstruktif. Keluarga, di mana kita tetap mengasihi satu sama lain meskipun ada serba keterbatasan dan dosa-dosa kita, karenanya merupakan sebuah sekolah pengampunan. Pengampunan itu sendiri merupakan sebuah proses komunikasi. Ketika penyesalan diungkapkan dan diterima, maka ada kemungkinan untuk memulihkan dan membangun kembali komunikasi yang putus. Seorang anak yang belajar dalam keluarga bagaimana mendengarkan orang lain, bagaimana berbicara dengan hormat dan mengungkapkan pandangannya tanpa menafikan orang lain, akan menjadi sebuah kekuatan bagi dialog dan rekonsiliasi di tengah masyarakat.

Ketika bersinggungan dengan tantangan dalam berkomunikasi, maka keluarga-keluarga yang memiliki anak-anak dengan keterbatasan fisik maupun mental mengajarkan banyak hal kepada kita.  Keterbatasan gerak (motorik), perasaan (sensorik) atau mental dapat menjadi alasan untuk kemudian menutup diri, namun sebaliknya –berkat kasih orangtua, saudara kandung dan teman—juga bisa menjadi pendorong untuk terbuka, kemauan berbagi dan kesiapan  menjalin komunikasi dengan siapa saja. Hal ini juga bisa membantu sekolah, paroki, dan kelompok-kelompok orang untuk semakin terbuka dan inklusif bagi siapa pun.

Di dunia nyata dimana orang sering kali dengan gampangnya mengumpat, menggunakan kata-kata kasar, membicarakan kejelekan orang lain, menabur pertentangan dan meracuni pergaulan sosial dengan gosip, maka keluarga menjadi acuan tentang bagaimana seharusnya memahami komunikasi sebagai rahmat. Dalam banyak situasi yang secara nyata dikekang oleh nafas kebencian dan aroma kekerasan, dimana banyak keluarga terpisah satu sama lain oleh kokohnya tembok batu atau jurang pemisah lantaran prasangka buruk dan rasa tidak suka, dimana terjadi situasi yang memungkinkan mengatakan ‘cukuplah sudah sekarang ini!’, rasanya hanya dengan berkah daripada kutukan, dengan jalan berkunjung daripada mengusir, dengan menerima daripada mengajak ribut, maka kita akan mampu mematahkan rantai spiral kejahatan; juga mampu memperlihatkan bahwa kebaikan itu selalu saja mungkin dan mendidik anak-anak kita untuk menghargai pertemanan.

Dewasa ini media modern, yang merupakan bagian hakiki dari kehidupan kaum muda khususnya, dapat menjadi bantuan namun juga halangan bagi komunikasi di dalam dan di antara keluarga. Media bisa merupakan halangan jika dijadikan cara untuk mencegah kita mendengarkan orang lain, untuk mengelakkan kontak fisik, untuk mengisi setiap saat hening dan istirahat, sehingga kita lupa bahwa “keheningan adalah bagian terpadu dari komunikasi; tanpa keheningan, kata-kata yang kaya pesan tak akan ada”, (BENEDIKTUS XVI, Pesan Untuk Hari Komunikasi Sedunia Tahun 2012 ). Media dapat menjadi bantuanbagi komunikasi ketika media memungkinkan orang untuk berbagi kisah, untuk tetap menjalin kontak dengan teman-teman yang jauh, untuk mengucapkan terima kasih kepada orang lain atau meminta pengampunan mereka, dan untuk membuka pintu bagi perjumpaan-perjumpaan baru. Dengan berkembang setiap hari dalam kesadaran kita akan betapa pentingnya berjumpa dengan orang-orang lain, “peluang-peluang baru” ini, maka kita akan memakai teknologi secara bijaksana, alih-alih membiarkan diri kita dikuasai media. Di sini juga, para orangtua adalah pendidik utama, tetapi mereka tidak boleh dibiarkan sendirian. Komunitas Kristen dipanggil untuk membantu mereka mengajarkan anak-anak bagaimana hidup dalam sebuah lingkungan media secara sepadan dengan martabat mereka sebagai pribadi manusia dan demi melayani kesejahteraan umum.

Tantangan besar yang kita hadapi saat ini ialah untuk mempelajari kembali bagaimana berbicara satu sama lain, tidak sekadar bagaimana untuk menghasilkan dan memakai informasi. Yang terakhir tadi adalah kecenderungan yang dapat didorong oleh media komunikasi modern kita yang terbilang penting dan berpengaruh. Informasi memang penting, tetapi tidak cukup. Sekian sering hal-hal disederhanakan, aneka posisi dan sudut pandang berbeda diadu satu sama lain, dan orang-orang diajak memihak, alih-alih melihat hal-hal itu secara utuh.

Kesimpulannya, keluarga bukanlah pokok bahasan atau sumber darimana pertentangan ideologis muncul. Melainkan, keluarga harus dipandang sebagai ruang sosial dimana kita semua belajar berkomunikasi yang ditandai oleh pengalaman akan keakraban satu sama lain. Keluarga adalah ruang sosial dimana komunikasi itu terjadi, sebuah komunitas manusia yang saling berkomunikasi. Keluarga adalah suatu komunitas yang senantiasa menyediakan pertolongan, yang menyegarkan kehidupan dan membuahkan hasil.  Begitu kita menyadari hal ini, maka kita sekali lagi akan dimampukan melihat bahwa keluarga senantiasa menjadi sumber daya manusia yang begitu kaya manakala bila bertabrakan dengan masalah. Banyak kali, media suka menampilkan keluarga lazimnya sebuah model abstrak yang bisa ditolak, dibela atau diserang dan bukannya pertama-tama melihatnya sebagai realitas sosial yang hidup. Sering juga keluarga diperlakukan sebagai sumber darimana pertentangan ideologis itu muncul daripada melihatnya sebagai ruang sosial dimana kita semua ini belajar apa artinya berkomunikasi dalam bingkai kasih yang diwarnai semangat saling memberi-menerima. Berpijak pada pengalaman nyata inilah kita menjadi sadar bahwa ternyata hidup kita ini terjalin bersama sebagai suatu realitas tunggal, bahwa kita masing-masing itu banyak perbedaannya namun sekali lagi setiap orang pada dasarnya tetaplah pribadi yang unik.

Keluarga-keluarga harus dilihat sebagai sumber daya alih-alih sebagai masalah bagi masyarakat. Keluarga-keluargaberkomunikasi secara aktif melalui kesaksian mereka tentang keindahan dan kekayaan relasi antara lelaki dan perempuan, dan antara para orangtua dan anak-anak. Kita tidak sedang berjuang untuk membela masa lalu. Sebaliknya, dengan kesabaran dan kepercayaan, kita bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi dunia di mana kita hidup.

Diberikan di Vatikan, 23 Januari 2015, Vigilii Pesta Santo Fransiskus dari Sales

PAUS FRANSISKUS

Sambutan Hari Komunikasi Sedunia!


Jom beramai-ramai hadir ke aktiviti yang julung-julung kali diadakan ini!
Anjuran bersama Gabungan 3 Paroki; 
St. Michael Penampang, Holy Nativity dan Holy Trinity Terawi.

Untuk pendaftaran sila hubungi Margaretta Sipangkui (016 8298769)
Yuran : RM10.00 sahaja (Makan dan Minum sahaja)
T-Shirt : RM25.00 sahaja.

TARIKH TUTUP PENDAFTARAN : 3 MAY 2015 

Program Lawatan Paderi Paroki Penampang!


Berikut adalah program lawatan Paderi Paroki St. Michael Penampang sepanjang April dan May 2015. Semua umat terutamanya belia dialu-alukan untuk bersama-sama dalam lawatan ini.

MISA akan dijalankan di Balai Raya :)
Sokongan belia terutamanya amat di hargai. 

Program Lawatan Paderi ke Kampung Katolik Komuniti Paroki Penampang
April dan May 2015

Tarikh / Masa
Tempat
Paderi
21 April 2015
MISA 7.30 pm
Balai Raya Hungab
Guunsing-Novunsu / Hungab-Kivatu-Tunoh CC

Fr. Wiandigool
21 April 2015
MISA 7.30 pm
Balai Raya Dungkahang
Dungkahang C.C

Fr. Fundes
22 April 2015
MISA 7.30 pm
Balai Raya Kibabaig
Kibabaig C.C

Fr. Fundes
22 April 2015
MISA 7.30 pm
Balai Raya Penampang Proper
Penampang Proper-Dambai C.C

Fr. Wiandigool
26 May 2015
MISA 7.30 pm
Balai Raya Tindai
Tindai, Kaambazan, Takad & Tuunon C.C

Fr. Wiandigool
27 May 2015
MISA 7.30 pm
Balai Raya Kg. Maang
Maang C.C

Fr. Wiandigool
29 May 2015
MISA 7.30 pm
Balai Raya Kg. Mook
Mook C.C

Fr. Fundes
1 June 2015
MISA 7.30 pm
Dewan Raya Kg. Ramayah
Ramayah C.C

Fr. Fundes


Sebarang perubahan masa atau tarikh akan dimaklumkan dari masa ke semasa. 
Kotohuadan

Takwim Bulanan : April & May 2015

Berikut adalah aktiviti di Peringkat Paroki khususnya buat belia:

Tarikh
Aktiviti
14 April
Mesy Piboian Choir Kaamatan ke-2
8.00 malam
PPC Meeting Room
25 April
Sport Koubasanan Paroki
Sukang Mabpai
27 April
Practis Choir Kaamatan #1
8.00 malam
Sukang Mabpai
28 April
Mesy KBP bersama TPBP
8.00 malam
PPC Meeting Room
29 April
Practis Choir Kaamatan #2
8.00 malam
Sukang Mabpai
30 April
REHERSAL : Piboian Choir Kaamatan
8.00 malam
Mini Dewan Sukang Mabpai


1 Mei
Piboian Mambasa Baibol
7.00 malam
Sukang Mabpai
1 Mei
REHERSAL : Misa Kaamatan
* Selepas / Sebelum Piboian Mambasa (Tunggu Kopihaan)
2 Mei
Piboian Choir Kaamatan
7.00 pm
Mini Dewan Sukang Mabpai
7 Mei
Practis Choir Kaamatan #3
8.00 malam
Sukang Mabpai
8 Mei
Practis Choir Kaamatan #4
8.00 malam
Sukang Mabpai
9 Mei
Lamai Kaamatan Paroki
9.00 am
Mary Immaculate Sukang Mabpai
12 May
Mesy TPBP kali ke-3
8.00 am
Bilik Belia Paroki
15-17 May
REKOLEKSI TPBP St. Michael Penampang

17 May
Hari KOMUNIKASI Sedunia
10.00 am
Assumption of Our Lady Sugud

Blessed Easter! He is Risen!


Wishing to all, have a very Blessed Easter Day!
He is Risen!

Easter Tridum



Holy Thursday - 2hb April 2015
Good Friday - 3hb April 2015
Easter Virgil - 4hb April 2015

BLESSED COMING EASTER TO EVERYONE!

Jadual Misa Sepanjang Minggu Suci


Jadual Misa sepanjang Minggu Suci di Gereja di bawa Paroki St. Michael Penampang.

Photo by Elsa M. Justine

Blessed Holy Week to all!



TPBP mengucapkan selamat merayakan Minggu Suci Paska kepada semua, terutama sekali kepada belia dan umat seluruh Paroki St. Michael Penampang.

BLESSED HOLY WEEK TO ALL!

Selamat Hari Belia Sedunia!



TPBP mengucapkan Selamat Hari Belia Sedunia kali yang ke-30.
Hari Belia ini dirayakan setiap tahun pada setiap kali Minggu Palma!

Kepada semua Zon yang telah merayakan Hari Belia ini, tahniah diucapkan. Semoga tahun hadapan kita akan dapat meraihkannya bersama-sama secara besar-besaran agar kita dpt menghayati Pesanan Agung Bapa Suci kita!

Berikut adalah Pesanan Bapa Suci kita, sempena dengan Hari Belia Sedunia.
 "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Mat 5:8)

Para sahabat belia yang terkasih,

Kita melanjutkan peziarahan rohani kita menuju Krakow, di mana pada bulan Julai 2016 Hari Belia Sedunia berikutnya secara internasional akan diadakan. Sebagai panduan kita untuk perjalanan tersebut kita telah memilih Sabda Bahagia. Tahun lalu kita merefleksikan sabda bahagia dari orang yang miskin di hadapan Allah, dalam konteks yang lebih besar dari Khotbah di Bukit. Bersama­sama kita menemukan makna revolusioner Sabda Bahagia dan panggilan yang kuat dari Yesus untuk memulai dengan teguh hati pencarian yang mengasyikkan untuk kebahagiaan. Tahun ini kita akan merefleksikan Sabda Bahagia yang keenam: "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Mat 5:8).
1.    
            1. Keinginan untuk kebahagiaan…
Kata "berbahagia", atau "gembira", muncul sembilan kali dalam hal ini, khotbah besar Yesus yang pertama (bdk. Mat 5:1­12). Ini seperti sebuah refren yang mengingatkan kita akan panggilan Tuhan untuk maju bersama-­sama Dia di jalan yang, bagi semua orang banyak tantangannya, menuntun kepada kebahagiaan sejati.

Para sahabat belia yang terkasih, pencarian untuk kebahagiaan ini dibagikan oleh orang­orang dari segala zaman dan segala usia. Allah telah menempatkan dalam hati setiap lelaki dan wanita sebuah keinginan yang tak tertahankan untuk kebahagiaan, untuk penggenapan. Apakah anda tidak menyadari bahwa hati anda gelisah, selalu mencari sebuah harta yang dapat memuaskan kehausan mereka untuk yang tak terbatas?
Bab­-bab pertama Kitab Kejadian menunjukkan kepada kita maraknya "sabda bahagia" yang kepadanya kita dipanggil. Ini meliputi persekutuan sempurna dengan Allah, dengan orang lain, dengan alam, dan dengan diri kita sendiri. Mendekati Allah secara bebas, memandang­Nya dan menjadi dekat dengan­Nya, merupakan bagian dari rencana­Nya bagi kita sejak awal; cahaya ilahi­Nya dimaksudkan untuk menerangi setiap hubungan manusia dengan kebenaran dan keterbukaan. Dalam keadaan kemurnian asali, di sana tidak perlu memakai topeng, untuk terlibat dalam kesenangan bersama atau untuk mencoba saling menyembunyikan diri kita. Segalanya jelas dan murni.

Ketika Adam dan Hawa menyerah pada godaan dan mematahkan hubungan mempercayai persekutuan dengan Allah ini, dosa masuk ke dalam sejarah manusia (bdk. Kej 3). Pengaruhnya segera jelas, di dalam diri mereka, dalam hubungan mereka satu sama lain dan dengan alam. Dan alangkah dramatisnya pengaruh itu! Kemurnian asali kita tercemar. Sejak saat itu, kita tidak lagi mampu dekat dengan Allah. Lelaki  dan wanita mulai menyembunyikan diri mereka, menutupi ketelanjangan mereka. Kurangnya cahaya yang berasal dari melihat Tuhan, mereka melihat segala sesuatu di sekitar mereka dengan cara yang menyimpang, secara dangkal. Pedoman batin yang telah menuntun mereka dalam pencarian mereka untuk kebahagiaankehilangan titik acuannya, dan daya tarik kekuasaan, kekayaan, harta benda, dan sebuah keinginan untuk kesenangan berapapun harganya, membawa mereka ke jurang kesedihan dan penderitaan.

Dalam Mazmur kita mendengar permohonan tulus yang dibuat manusia kepada Allah: "Apa yang bisa membawakan kita kebahagiaan? Biarlah cahaya wajah­Mu menyinari kami, ya TUHAN!" (Mzm 4:7). Bapa, dalam kebaikan­Nya yang tak terbatas, menanggapi permohonan ini dengan mengutus Putra­Nya. Di dalam Yesus, Allah telah mengambil rupa manusia. Melalui penjelmaan, kehidupan, kematian dan kebangkitan­Nya, Yesus membebaskan kita dari dosa dan membuka cakrawala-cakrawala baru dan yang tak terbayangkan sampai sekarang.

Para belia yang terkasih, di dalam Kristus anda menemukan terpenuhinya setiap keinginan anda untuk kebaikan dan kebahagiaan. Hanya Dialah yang dapat memuaskan kerinduan terdalam anda, yang sering tertutup oleh janji­-janji duniawi yang menipu. Seperti dikatakan oleh Santo Yohanes Paulus II: "Ia adalah keindahan yang kepadanya anda begitu tertarik, Dialah yang memancing anda dengan kehausan akan kepenuhan itu yang tidak akan membiarkan anda puas akan kompromi, Dialah yang mendesak anda untuk melepaskan topeng dari sebuah kehidupan palsu, Dialah yang membaca dalam hati anda pilihan-­pilihan anda yang paling asali, pilihan-­pilihan yang orang lain coba lumpuhkan. Yesuslah yang membangkitkan di dalam diri anda keinginan untuk melakukan sesuatu yang besar dengan hidup anda" (bdk. Wacana pada Vigili Doa. di Tor Vergata, 19 Agustus 2000: Insegnamenti XXIII/2, [2000], 212).

2. Berbahagialah orang yang suci hatinya ...
Mari kita cuba untuk memahami secara lebih lengkap bagaimana keberbahagiaan ini terjadi melalui kemurnian hati. Pertama-­tama, kita perlu memahami makna Kitab Suci kata "hati". Dalam pemikiran Ibrani, hati adalah pusat perasaan, fikiran dan kehendak pribadi manusia. Karena Alkitab mengajarkan kita bahwa Allah tidak memandang penampilan, tetapi hati (bdk. 1 Sam 16:7), kita juga dapat mengatakan bahwa dari hatilah kita melihat Allah. Ini karena hati benar-­benar manusia dalam totalitasnya sebagai kesatuan tubuh dan jiwa, dalam kemampuannya untuk mengasihi dan dikasihi.

Mengenai definisi kata "murni", akan tetapi, kata Yunani yang digunakan oleh penginjil Matius adalah katharos, yang pada dasarnya berarti bersih, murni, tanpa noda. Dalam Injil kita melihat Yesus menolak pengartian kemurnian ritual tertentu yang berkaitan dengan penerapan-­penerapan lahiriah, penerapan yang melarang semua orang berkontak dengan hal-­hal dan orang­-orang yang dianggap tidak murni. Kepada orang-orang Farisi yang, seperti begitu banyak orang Yahudi pada zaman mereka, tidak makan apapun tanpa terlebih dahulu melakukan pembersihan ritual dan memperhatikan banyak tradisi yang berhubungan dengan bejana pembersihan, Yesus menjawab tegas: "Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan" (Mrk 7:15,21­22).

Lalu, terkandung dalam apakah kebahagiaan yang lahir dari hati yang murni? Dari daftar Yesus tentang kejahatan yang membuat seseorang tidak murni, kita melihat bahwa pertanyaan harus dilakukan terutama dengan wilayah hubungan kita. Kita masing­masing harus belajar untuk membedakan apa yang dapat "mencemari" hatinya dan untuk membentuk hati nuraninya secara benar dan bijaksana, sehingga mampu "membedakan kehendak Allah, apa yang baik serta yang berkenan dan sempurna" (Rm 12:2). Kita perlu menunjukkan perhatian yang baik terhadap ciptaan, terhadap kemurnian udara, air dan makanan kita, tetapi berapa banyak lagi yang kita perlukan untuk melindungi kemurnian apa yang paling berharga dari semuanya : hati kita dan hubungan kita. "Ekologi manusia" ini akan membantu kita untuk menghirup udara murni yang berasal dari keindahan, dari kasih sejati, dan dari kesucian.

Saya pernah bertanya kepada anda : "Di mana hartamu? Dalam apakah hatimu menemukan sandarannya?" (bdk. Wawancara dengan Orang Muda dari Belgia, 31 Maret 2014). Hati kita dapat terikat pada harta yang benar atau salah, mereka dapat menemukan sandaran asali atau mereka hanya boleh terlelap, menjadi malas dan lesu. Kebaikan terbesar yang dapat kita miliki dalam hidup adalah hubungan kita dengan Allah. Apakah anda meyakini hal ini? Apakah anda menyadari berapa banyak anda layak di mata Allah? Apakah anda tahu bahwa anda dikasihi dan disambut oleh­-Nya tanpa syarat, sebagaimana adanya? Pernah kita kehilangan perasaan kita akan hal ini, kita manusia menjadi sebuah teka-­teki yang tidak dapat dimengerti, karena itu adalah pengetahuan bahwa kita dikasihi tanpa syarat oleh Allah yang memberi makna pada hidup kita. Apakah anda ingat percakapan yang dilakukan Yesus dengan pemuda kaya (bdk. Mrk 10:17­22)? Penginjil Markus mengamati bahwa Tuhan memandangnya dan mengasihinya (ayat 21), dan mengundangnya untuk mengikutiNya dan dengan demikian menemukan kekayaan sejati. Saya harap, para ­sahabat belia yang terkasih, supaya tatapan Kristus yang penuh kasih itu akan menemanianda masing­-masing sepanjang hidup.

Masa muda adalah sebuah masa kehidupan ketika keinginan anda akan suatu kasih yang tulus, indah dan meluap-­luap mulai mekar di dalam hati anda. Alangkah kuatnya kemampuan untuk mengasihi dan dikasihi ini! Jangan biarkan harta yang berharga ini direndahkan, dihancurkan atau dirosak. Itulah yang terjadi ketika kita mulai menggunakan sesama kita untuk tujuan kepentingan kita sendiri, bahkan sebagai objek kesenangan. Hati yang patah dan kesedihan mengikuti atas pengalaman-pengalaman negatif ini. Saya mendesak anda : Jangan takut akan kasih sejati, kasih yang diajarkan Yesus kepada kita dan yang digambarkan oleh Santo Paulus sebagai "sabar dan murah hati". Paulus berkata: "Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1 Kor 13:4­8).

Dalam mendorong anda untuk menemukan kembali keindahan panggilan manusia untuk mengasihi, saya juga mendesak anda untuk memprotes terhadap kecenderungan yang meluas untuk mengurangi kasih menjadi sesuatu yang dangkal, menguranginya menjadi aspek seksualnya semata, kehilangan karakteristik keindahan, persekutuan, kesetiaan dan tanggung jawabnya yang sangat penting. Para ­sahabat belia yang terkasih, "dalam sebuah budaya penisbian dan kefanaan, banyak orang memberitakan pentingnya 'menikmati' saat ini. Mereka mengatakan bahwa tidaklah layak membuat komitmen seumur hidup, membuat sebuah keputusan definitif, 'untuk selamanya', karena kita tidak tahu apa yang akan dibawa esok. Saya meminta kalian, sebagai gantinya, untuk menjadi revolusioner, saya meminta kalian untuk berenang melawan arus; ya, saya sedang meminta kalian untuk memberontak terhadap budaya ini yang melihat segala sesuatu sebagai sementara dan bahwa pada akhirnya meyakini kalian tidak mampu bertanggung jawab, yang meyakini bahwa kalian tidak mampu akan kasih sejati. Saya memiliki keyakinan dalam diri kalian dan saya berdoa untuk kalian. Milikilah keberanian untuk 'berenang melawan arus'. Dan juga milikilah keberanian untuk menjadi bahagia" (Pertemuan dengan para relawan Hari Orang Muda Sedunia XXVIII, 28 Juli 2013).

Anda kaum belia, adalah generasi yang berani! Jika anda membiarkan diri anda menemukan ajaran-­ajaran Gereja yang kaya akan kasih, anda akan menemukan bahwa kekristenan tidak terdiri dari serangkaian larangan yang menghambat keinginan kita akan kebahagiaan, melainkan sebuah projek untuk kehidupan yang mampu menawan hati kita.

3... karena mereka akan melihat Allah
Di dalam hati setiap lelaki dan wanita, undangan Tuhan terus bergema: "Carilah wajahKu!" (Mzm 27:8). Pada saat yang sama, kita harus selalu menyadari bahwa kita adalah orang­-orang berdosa yang malang. Misalnya, kita membaca dalam Kitab Mazmur: "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat­Nya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya" (Mzm 24:3­4). Tetapi kita tidak pernah harus takut atau putus asa: seluruh Alkitab dan dalam sejarah kita masing-­masing, kita melihat bahwa selalu Allahlah yang mengambil langkah pertama. Ia memurnikan kita sehingga kita dapat datang ke dalam hadirat­Nya.

Ketika Nabi Yesaya mendengar panggilan Tuhan untuk berbicara dalam nama­Nya, ia ketakutan dan berkata: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir" (Yes 6:5). Namun Tuhan memurnikannya, mengutus kepadanya seorang malaikat yang menyentuh bibirnya, mengatakan: "kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni" (ayat 7). Dalam Perjanjian Baru, ketika di tepi danau Genessaret Yesus memanggil murid­murid­Nya yang pertama dan melakukan tanda penangkapan ikan yang ajaib, Simon Petrus tersungkur di kaki­Nya, berseru: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa" (Luk 5:8). Yesus segera menjawab : "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia" (ayat 10). Dan ketika salah seorang murid Yesus bertanya kepadanya : "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami", Sang Guru menjawab : "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh 14:8­9).

Undangan Tuhan untuk menjumpai­Nya dibuat untuk anda masing-­masing, dalam tempat atau situasi apa pun anda menemukan diri anda. Cukuplah memiliki keinginan untuk "sebuah pertemuan pribadi yang diperbarui dengan Yesus Kristus, atau setidaknya sebuah keterbukaan untuk membiarkan Dia menjumpai anda; saya meminta anda semua untuk melakukan hal ini tanpa henti setiap hari" (bdk. Evangelii Gaudium, 3). Kita semua orang berdosa, yang perlu dimurnikan oleh Tuhan. Tetapi cukuplah mengambil sebuah langkah kecil menuju Yesus untuk menyadari bahwa Ia menanti kita selalu dengan tangan terbuka, terutama dalam Sakramen Rekonsiliasi, sebuah kesempatan istimewa untuk berjumpa kerahiman ilahi itu yang memurnikan kita dan memperbaharui hati kita.

Para belia terkasih, Tuhan ingin bertemu kita, membiarkan diri­Nya"dilihat" oleh kita. "Dan bagaimana?", Anda mungkin bertanya kepada saya. Santa Teresa dari Avila, yang lahir di Spanyol lima ratus tahun yang lalu, bahkan sebagai seorang gadis muda, berkata kepada orang tuanya, "Saya ingin melihat Allah". Ia kemudian menemukan cara doa sebagai "sebuah persahabatan yang intim dengan Dia yang membuat kita merasa dikasihi" (Autobiografi, 8,5). Jadi pertanyaan saya kepada kalian adalah ini: "Apakah kalian sedang berdoa?" Apakah kalian tahu bahwa kalian dapat berbicara dengan Yesus, dengan Bapa, dengan Roh Kudus, seperti kalian berbicara kepada seorang sahabat. Dan bukan sembarang sahabat, tetapi yang terbesar dan yang paling dipercaya dari sahabat-­sahabat anda! Kalian akan menemukan apa yang dikatakan salah seorang dari umat parokinya kepada Sang Imam dari Ars : "Ketika saya berdoa di depan tabernakel, 'Saya menatap­Nya, dan Ia menatapku'" (Katekismus Gereja Katolik, 2715).

Sekali lagi saya mengajak kalian untuk menemukan Tuhan dengan sering membaca Kitab Suci. Jika kalian belum terbiasa melakukannya, mulailah dengan Injil. Membaca satu atau dua baris setiap hari. Biarkan sabda Allah berbicara kepada hati kalian dan mencerahkan jalan kalian (bdk. Mzm 119:105). Kalian akan menemukan bahwa Allah dapat "dilihat" juga dalam wajah saudara­saudara dan saudari­-saudari kalian, terutama mereka yang paling terlupakan: orang-­orang miskin, orang­-orang lapar, mereka yang haus, orang­orang asing, orang­orang sakit, orang­orang yang dipenjara (bdk. Mat 25:31­46). Apakah kalian pernah memiliki pengalaman ini? Orang­orang muda yang terkasih, untuk masuk ke dalam logika Kerajaan Surga, kita harus menyadari bahwa kita miskin bersama orang miskin. Hati yang murni adalah semestinya hati yang telah ditelanjangi, hati yang tahu bagaimana membungkuk dan berbagi hidup dengan mereka yang paling memerlukan.

Menemukan Allah dalam doa, pembacaan Alkitab dan dalam kehidupan persaudaraan akan membantu anda lebih mengenal Tuhan dan diri anda. Seperti para murid dalam perjalanan ke Emaus (bdk. Luk 24:13­35), suara Tuhan akan membuat hati anda berkobar-­kobar di dalam diri anda. Ia akan membuka mata anda untuk mengenali kehadiran­Nya dan menemukan rencana kasih yang Ia miliki untuk hidup anda.
Beberapa dari anda merasakan, atau akan segera merasakan, panggilan Tuhan untuk hidup menikah, untuk membentuk sebuah keluarga. Banyak orang hari ini berfikir bahwa panggilan ini "usang", tetapi itu tidak benar! Sesungguhnya karena alasan ini, jemaat gerejani telah terlibat dalam sebuah periode refleksi khusus tentang panggilan dan perutusan keluarga dalam Gereja dan dunia masa kini. Saya juga meminta anda untuk mempertimbangkan apakah anda sedang dipanggil untuk hidup bakti atau imamat. Alangkah indahnya melihat kaum muda yang merangkul panggilan untuk mengabdikan diri mereka sepenuhnya kepada Kristus dan pelayanan Gereja­Nya! Cabarlah diri anda, dan dengan hati yang murni tidak takut akan apa yang Allah sedang minta dari anda! Dari "ya" anda terhadap panggilan Tuhan, anda akan menjadi benih-­benih harapan baru dalam Gereja dan dalam masyarakat. Jangan lupa: kehendak Allah adalah kebahagiaan kita!

4. Dalam perjalanan ke Krakow
"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Mat 5:8). Para belia yang terkasih, seperti yang anda lihat, sabda bahagia ini berbicara langsung kepada kehidupan anda dan merupakan sebuah jaminan kebahagiaan anda. Jadi sekali lagi saya mendesak anda : Milikilah keberanian untuk menjadi bahagia!

Hari Belia Sedunia tahun ini memulai tahap akhir persiapan untuk pertemuan agung para belia dari seluruh dunia di Krakow pada tahun 2016. Tiga puluh tahun yang lalu Santo Yohanes Paulus II melembagakan Hari Orang Muda Sedunia dalam Gereja. Peziarahan orang­orang muda dari setiap benua di bawah bimbingan Penerus Petrus ini telah benar­benar menjadi sebuah prakarsa penyelenggaraan ilahi dan kenabian. Bersama-­sama marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas buah­buah berharga yang telah dihasilkan Hari belia Sedunia ini dalam kehidupan para belia yang tak terhitung jumlahnya di setiap bagian dunia! Berapa banyak penemuan-­penemuan yang menakjubkan telah dibuat, terutama penemuan bahwa Kristus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup! Berapa banyak orang telah menyadari bahwa Gereja adalah sebuah keluarga besar dan terbuka! Berapa banyak pertobatan, berapa banyak panggilan telah dihasilkan pertemuan-­pertemuan ini! Semoga Sangti Papa  yang kudus, Pelindung Hari Belia Sedunia, mengantarai atas nama peziarahan kita menuju Krakownya yang tercinta. Dan semoga tatapan keibuan Santa Perawan Maria, penuh rahmat, seluruhnya indah dan seluruhnya murni, menemani kita pada setiap langkah di sepanjang jalan.

Dari Vatican, 31 Januari 2015 Peringatan Santo Yohanes Bosco
FRANSISKUS 


Pertandingan Mencipta LOGO & LAGU PYD-5



Yeaahh PYD-5 datang lagi!!
Kepada semua belia di Paroki St. Michael Penampang, anda dialu-alukan untuk mengeketengahkan bakat yang ada dalam diri anda dalam dua (2) penciptaan ini. 

Kepada yang berminat untuk menyertai pertandingan ini, anda boleh menghubungi Koordinator KBP di Zon anda untuk mendapatkan maklumat dan syarat-syarat penyertaan pertandingan.

Hadiah bagi pemenang mencipta LOGO & LAGU ialah:
ü  Penyertaan percuma ke PYD-5
ü  Sijil Penyertaan
ü  Hadiah Misteri dari Pihak Penganjur

Tarikh Tutup Penyertaan: 24 Mei 2015

Untuk pertanyaan,sila hubungi TPBP terdekat anda
Hasil karya hendaklah dihantar ke :

Email: sheryn83@yahoo.com atau Facebook : Tim Penampang